Selasa, 22 Juli 2014

Gak Mau Mati Dulu, Belum Nikah!


#dokpri_gamaunikahdulu,belumnikah!!


Disebuah arena permainan terbesar di Jakarta, sekolahku mengadakan acara perpisahan kelas 3 disana. Aku dan teman-teman tidak ingin terlewatkan menikmati semua wahana yang ada, terutama wahana-wahana yang ekstrem. Waktu itu kami harus rela mengantri dalam antrian panjang, waah banyak peminatnya juga ternyata, aku saja ini belum apa-apa uda keringat dingin, apalagi melihat ekspresi teman-teman yang telah lebih dulu naik wahana itu. Diman, adik kelasku yang diminati para wanita ‘gila koin’ itu sudah duduk dan sedang menikmati detik-detik wahana itu dimulai, mukanya terlihat sedikit pucat, ah mungkin memang kulitnya yang putih, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ketegangan mulai terlihat diwajahnya. Hihihi, terlihat lucu sekali ekspresinya. Padahal dia yang paling sok’ berani dan mengejek temannya yang tidak naik wahana itu ketika masih dalam antrian tadi.
“Semuaa SIAAAP!” Seru pemuda penjaga wahana itu.
“SIIAAAAPPPP! Hahaha.” Jawab mereka.
“Huuuuuuuuuu” Sorak sorai kami dari barisan antrian.
Dan permainan pun dimulai......
“Aaaaaaaaaaaaaaa, mamaaaaaa”
“Udaaaaahh ii udaaaah Aaaaaaaaaaa.”
“Allaaaaahhhhhhhhhuakbaaaarrrrr aaaaaaaa cukuuupppp aaaaaa.”
Terdengar jeritan dan ocehan tidak jelas dari arah wahana ektrem yang sedang beraksi itu. Kami yang menonton tertawa melihat mereka. Padahal sebentar lagi kami akan merasakan apa yang mereka rasakan. Haha.
Tapi, pandanganku tertuju pada satu orang. Diantara jeritan dan teriakan mereka, ada satu kalimat yang aku dengar sekilas tapi begitu jelas, suara itu keluar dari mulut sang idola para wanita ‘gila koin’, Diman. “Emmaaakkkk, stooopppppp... acan kawwiiinnn iiihhh aaaaaaaa.”
HAH? Hahaa. Dari sekian teriakan dan ocehan tidak jelas, itu yang membuatku ketawa geli sampai sekarang. Diman yang aku kenal selama ini adalah orang yang cuek, sombong, cool dan ganteng. Sama sekali tidak terbayangkan dia akan bicara seperti itu. Tambah lucu lagi jika membayangkan ekspresinya, haha, parah! Pada waktu itu, entah hanya aku saja yang menyadari atau ada yang lain juga yang menangkap kalimat itu. Tapi, setelah kejadian itu, teman-temanku maupun adik kelasku yang menyaksikan sama sekali tidak membahas soal tadi, padahal menurutku ini bisa jadi gosip terhangat alias tranding topic! Hahaha.
***
Tawa Rama dan Ardan kian memuncak. Di warung kopi si Mamih mereka berbincang-bincang tentang suatu hal. Aku dan Dahlia yang duduk bersebelahan dengan mereka walau berbeda meja sangat jelas sekali mendengar percakapan dua pemuda yang kian membara jiwa mudanya itu.
“Heh, Bro. Lu kapan kawin?” Tanya Rama sambil menyeruput kopi hitamnya.
“Haha. Heh, pertanyaan Lu gada yang lain napa. Kita ini masih kelas 2 SMK, Lu nanya-nanya soal kawin ke gue, kemaren aja gue baru diputusin sama si Lisa.”
“HAH? Lu putus? Siapa yang mutusin?.”
“Ya Lu nanya siapa yang mutusin, Lu bisa nebak lah siapa. Ya guelah yang diputusin!”
“Hahahaha. Kenapa Bro? Ketahuan selingkuh ya?”
“Kampret.”
“Sorry... kayaknya Lu lagi galau banget ya? Kenapa bisa? Bukannya Lu baru 2 bulan ya pacaran sama Lisa? Susah banget lagi dapetinnya. Haha.” Celoteh Rama dengan wajah ‘kepo’nya.
“Iya. Dia mutusin gue sih katanya karena dia ngerasa keganggu dengan status pacaran kita. Dia mau sendiri dulu. Dia bilang sih break dulu, tapi gue gak yakin dia bakal balik ke gue.”
“Haha, alasan klasik! Hari gini.” Kata Rama serius.
“Gue juga mikir gitu, Ram. Sumpah sebenernya gue gak terima alesan dia, perasaan gue gak terlalu over protektif ke dia. Gue juga gak pernah mempermasalahin kalau dia nolak ajakan pergi gue.”
“Jangan-jangan dia nerima Lu karena kasihan doang, Bro. Secara Lu ngejar-ngejar dia banget kan?”
“Masa sih? Mungkin juga.” Jawab Ardan dengan nada lemas.
“Tapi gue gak ngeliat Lu galau. Makanya gue gak nyangka Lu putus. Kalo gue baru putus gitu udah ngisep semua batang rokok yang ada di warung si Mamih nih, hahaha.”
“Lu gak tahu hati gue sakit banget. Pikiran gue kalut. Gue pengen bunuh diri rasanya.”
“Heh! Lu ngomong ngawur gitu. Sampe segitunya ya?”
“Yaaa, itusih mungkin efek pikiran kalut. Yang sebenarnya gak mungkinlah, gue masih mikirin masa depan gue kali, masih pengen bernafas di dunia ini, masih pengen bareng-bareng Lu, dan alasan kuat gue gak mau mati dulu karena gue belum kawin.”
“Beuh! Setuju mas Brooo!”
“HAHAHAHA.” Tawa Rama dan Ardan pecah.
Aku yang dari tadi berpandangan dengan Dahlia ketika mendengar percakapan mereka sontak terkaget dan nyaris keselek minuman.
***
Dari kedua cerpen diatas dapat diambil satu kesimpulan yang sama, kematian dan menikah. Cerita diatas adalah hanya sebagian kecil contoh dari sekian banyak kejadian yang intinya adalah sama. Kematian dan menikah memang dua hal yang bertolak belakang, maksudnya ‘kebanyakan’ orang takut mati dan sangat ingin menikah. Bener?
Kisah lain yang sering aku tangkap dari beberapa orang adalah ketakutan mereka akan tidak memiliki pasangan di dunia atau kata nge-tren­nya adalah jomblo. ‘Kebanyakan’ dari mereka jalan pacaran adalah cara mengobati rasa takut akan tidak memiliki pasangan di dunia, banyak dari mereka yang berpacaran dengan berani membuat komitmen untuk serius hingga ke pelaminan. Banyak dari beberapa orang yang takut jika jalan ta’aruf bukan jalan yang terbaik. Dan semua yang mereka yakini adalah sebuah pilihan yang mereka ambil sepaket dengan pertanggungjawaban atas pilihannya. Sebuah kalimat yang serupa dengan cerita diatas adalah:
 “Aku tidak ingin mati sebelum menikah.”
“Aku ingin menikah dulu sebelum mati.”
“Cepetan nikah, keburu mati.”
Sehingga kerap kali menikah adalah sebuah tujuan hidup seseorang. ‘Kebanyakan’ orang takut tidak bisa merasakan indahnya pernikahan ketika sudah mati, padahal sudah jelas-jelas mati bukan akhir segalanya, kematian justru gerbang awal dari kehidupan kekal abadi, disana manusia akan diperhitungkan segala amalan ketika di dunia untuk ditentukan akan masuk ke surga atau neraka.
Allah SWT berfirman:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri (pasangan) yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah (2) : 25)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar