Jumat, 21 Februari 2014

Kembali


Kembali
Sri Wahyuni

Termenung dimalam ini
Rasaku gelisah tiada arti
Tak mengerti
Tapi terjadi

Terekam sikap diri
Kedamaian itu mengingatkan
Pada satu waktu
Dimana aku kembali

Teruntuk  hidup ini
Ingin ku persembahkan
Hasil goresan tangan ini
Dan tetesan keringat ini

Teringat satu jalan
Untuk apa hidup ini
Ingin ku disana
Merasa kembali

Terdiam tanpa kata
Hati berbicara
Bergejolak
Hanya ingin kembali

Resah....
Tuhan bawa diri ini
Kembali
Hanya kepada jalanMu

Gundah...
Tuhan tunjukkan pada diri ini
Bahwa kembali yang terbaik
Hanya kepada jalanMu

Gelisah...
Tuhan ampuni diri ini
Ingin kembali
Hanya kepada ridhoMu

Kembali...
Karena hidup jika kembali
Karena perkara akan kembali
Hanya kepadaMu
Kepada KetentuanMu, Rabbi...


Salam pena,

Bersamamu dalam Senyuman


Bersamamu dalam Senyuman
Sri Wahyuni

Disini,
Aku dan kamu
Terikat dalam satu ruang
Ruang rindu

Bukan,
Aku datang bukan untukmu
Tapi untuk kita
Aku dan kamu

Kamu tahu?
Hatiku selalu menolak
Menolak untuk jauh darimu
Dari kita

Hhhhhhh...
Selalu ada cerita baru
Yang membuat rasa cinta ini
Terus melaju dan melebar

Ragaku bersamamu,
Tapi lidahku tak mampu
Tak mampu  untuk ucap
Aku menyayangimu

Namamu yang indah
Tidak ku tulis disini
Dalam puisi ini
Tapi hanya dalam doaku

Puisi ini ku persembahkan kepada jiwa-jiwa yang mengukir senyuman di setiap waktuku bersama kalian. Ketika jauh, hanya rindu bersamamu, bersama kalian. Dari yang menyayangimu, wahai sahabat..

Salam pena,
Januari, 2014

Ciwidey dalam Impian


Ciwidey dalam Impian
Sri Wahyuni

Untuk jiwaku
Untuk ragaku
Dan untuk hati ini
Bersama impian

Ah, siapa aku ini?
Berpijak di bumi
Berpikir sejauh langit
Bersama impian

Tekadku membuncang
Bergemuruh dalam dada ini
Disini aku
Bersama impian

Tolong...
Sampaikan rasa
Dengan asa
Bersama impian

Aku datang
Beranjak keluar
Hanya berdua
Bersama impian

Sambutlah,
Aku sedang menjadi kepompong
Merajut menjadi kupu-kupu
Ciwidey dalam impian


Salam pena penuh impian
Januari, 2014

Teringat


Teringat
Sri Wahyuni

Kali ini,
Yang jatuh itu bernama hujan
Kompak bersamaan
Ah, aku jadi iri

Mereka turun atas nama perintah
Dengan tulus membasahi bumi
Dan gubuk ini
Tempat dulu aku dan kamu satu

Uh, deras sekali
Bukan!
Bukan hujan
Tapi air yang bersumber dari mata ini

Ya, begitu
Terasa menyayat relung hati
Jika tentang hujan
Ya tentang kamu

Salam pena penuh cinta
Januari, 2014

Ciwidey dalam Rindu


Ciwidey dalam Rindu
Sri Wahyuni

Teramat dalam rasa ini
Hingga menusuk batinku
Penuh perasaan
Rindu itu...

Aku tersadar akan rasa
Ada sesuatu yang memaksa
Memaksa aku dengan sangat
Agar aku tetap selalu disana

Tubuhku berontak
Pikiranku kalut
Perasaanku dalam rindu yang dalam
Ciwideyku...

Ah, aku lupa
Disini tugasku
Disini tanggung jawabku
Dan disana hatiku
Ciwidey dalam rindu


Salam pena beserta rindu,
Januari, 2014



Teruntuk Hati


TERUNTUK HATI
Sri Wahyuni

Sebentuk kasihmu, ukhti
Sebesar harapanmu
Segenggam impianmu
Teruntuk hati...

Perasaanmu, ukhti
Rindu yang bergejolak
Emosi yang membara
Teruntuk hati...

Tentang waktu, ukhti
Dulu kau bebas
Sekarang kau lepas
Teruntuk hati...

Tingkahmu, ukhti
Kata pembangun jiwa itu
Telah menggugah satu jiwa
Teruntuk hati...

Khilafmu, ukhti
Telah mengiris satu hati
Pedih menyakitkan
Teruntuk hati...

Jiwamu, ukhti
Dimana tempatmu tenang
Dalam genggaman satu cahaya
Teruntuk hati...


Salam pena,
Teruntuk sebentuk hati

Ciwidey dalam Cinta


Ciwidey dalam Cinta
Sri Wahyuni

Disini...
Aku merasa bebas
Dalam rangkulan suasana damai
Dalam tingginya melambung pikiran

Disini...
Aku merasa lepas
Dari bahayanya penat
Dari jahatnya prasangkaan

Disini...
Aku merasa pantas
Tersenyum dengan bingkisan kebahagiaan
Tertidur karena hangatnya pelukan

Disini...
Bersama kota ini
Bersama nama di hati ini
Ciwidey dalam Cinta


Salam pena penuh cinta,
Januari, 2014

Bersama Satu Nama


Bersama Satu Nama
Sri Wahyuni

Aku terpesona
Dalam bersyukurnya penglihatan
Karena indah mata memandang
Asrimu...

Aku terlena
Dalam damainya rasa
Karena suasana alam yang bersahabat
Sunyimu...

Aku terperangkap
Dalam ruang rindu yang dalam
Karena aku disini
Bersama satu nama, Ciwidey

Salam pena atas nama Ciwidey
Januari, 2014



Lirik Lagu Siti Nurhaliza "Jalanan Berduri"


Jalanan Berduri
Siti Nurhaliza

Awan mendung yang sedang berarak kedinginan
Lautan keruh yang bergelora kecewa
Bayu nan lembut yang berhembusan kesedihan
Kini jadi taufan kehilangan haluan

Sekian lama daku mencari bahagia
Namun tiada ku semukanya dimana
Jalanan kutempuh penuh duri menyakiti
Beginikah suratan hidupku ditentukan

Mengapa duka lara seringkali melingkari diri ini
Bila kan berakhir kisah pilu dari hidupku
Ingin ku pergi bawa hati
Jauh ku pergi bawa diriku yang sepi

Oh mungkinkah ku bertemu
Bahagia yang kucari

Segala kepahitan kurasa ku pendamkan
Tak mungkin dapatku meluahkan pedihnya
Biarlah daku mengharunginya sendirian
Waktu sakitnya daku rasakan derita


Disalin oleh @Srea22 (jangan di follow)

Minggu, 16 Februari 2014

Karena Penyair

Karena Penyair
Sri Wahyuni


Kata demi kata yang katanya spontan
Bagiku, itu cambukan
Karena penyair itu...
Seperti menyuruhku segera terjaga
Bangun dari mimpi
Mimpi menjadi seorang penyair
Untuk dijadikan kenyataan
Yang dimulai dari proses
Yaitu membuat puisi tentang penyair
Ah, tahukah dia?
Bagiku, jika tentang penyair...
Ya tentang dia

Srea bersama kesukaannya

Jika Bertemu

Jika Bertemu
Sri Wahyuni


Percayakah, kau?
Jika “wanita mencintai karena mendengar dan laki-laki mencintai karena melihat”
Maka jika bertemu
Akulah yang harus segera bersiap-siap
Karena laki-laki itu sama sekali belum melihat paras asliku
Lalu, potret itu?
Iya, potret yang menjadi sumber imajinasinya
Di potret itu diriku terlihat manis dan putih
Karena bilasan make up photoshop
Di potret itu diriku terlihat langsing dan tinggi
Karena tentu tidak keseluruhan tubuhku terlihat
Dan itu hanya soal ketepatan diriku mengambil gambar
Sehingga, sekilas terlihat seperti wanita idaman
Lalu...
Kini akan terlihat yang sebenarnya
Ada tiga kemungkinan
Jika sesuai dengan harapannya, maka beruntunglah aku
Karena akan segera dicintainya
Maka jika lebih dari bayangannya, tentu aku sangat beruntunglah pula
Bahwa dia akan sangat segera untuk mencintaiku
Namun, jika tidak seperti yang ada dalam imajinasinya itu
Mungkin kata kecewa bukan hanya keluar dari bibirku
Tapi, jauh dari lubuk hatiku berkata
Bahkan menjerit sangat kecewa
Dan mungkin aku akan minta mati saja
Karena, setelah itu aku mengetahui bahwa laki-laki itu tidak mencintaiku dan pasti pergi meninggalkan diriku yang terlanjur terlalu dalam menyimpan rasa padanya
Tentu saja, cintaku sudah tercuri oleh laki-laki itu
Melalui kata-kata yang dia lontarkan selalu tanpa henti
Hingga semakin hari, semakin berkata-kata
Ya, semakin cinta


Srea, di Februari 2014 malam itu..

Kamu Suka Tujuh?

Kamu Suka Tujuh?
Sri Wahyuni


Malam ini sudah pukul tujuh
Melewati sebanyak tujuh jam
Berarti tepat pukul dua subuh
Sedang apa dia yang jauh?

Tujuh...
Seperti hari dalam seminggu, tujuh
Seperti ayat dalam QS Al-Fatihah, tujuh
Seperti judul puisi ini, kamu suka tujuh?

Maka, sudah terciptanya tema tujuh
Untuk malam yang terlalu larut jauh
Karena tujuh
Jadi tujuh

Inilah empat pantun
satu puisi
satu rindu, dan mungkin
satu cinta

Maka, TUJUH
Kuharap kau menyukai tujuh
Seperti aku


Srea, di subuhnya Bandung

Jumat, 14 Februari 2014

PUISI DI TANGGAL 14 FEBRUARI 2014 "ABU"

Yang putih itu mengatasnamakan abu
Bukan salju
Hujannya membawa kisah duka
Dari Jawa Timur sana
Bukan membawa kisah romantis
Seperti di Eropa sana

Abu itu...
Abu itu kini telah sampai di Bandung
Seperti memberi kabar duka
Dari Jawa Timur sana
Atau hanya sekedar memberi kabar rindu
Dari Yogyakarta sana?

Srea, Feb’14