Rabu, 30 April 2014

Idola itu...

Source pic : id.wikipedia.org


Aku pernah bertanya kepada seseorang tentang siapakah idola dalam hidupnya. Lalu, dia menjawab: “aku tidak punya idola”
“kenapa?” tanyaku
“dulu sih pernah punya idola, tapi sekarang engga. Karena setelah kusadari untuk apa aku punya idola? Misalnya aku suka sama si A karena prestasinya tapi aku tidak suka dengan cara berpakaiannya, atau suka sama si B tapi ga suka sama gaya hidupnya. Yang pada akhirnya aku berfikir bahwa, untuk apa kita mengidolakan mereka dengan pengorbanan kita menyenangkan mereka, misalnya membeli barang-barang yang berhubungan dengan mereka sedangkan apa yang mereka lakukan untuk menyenangkan kita (pengaruh positifnya apa untuk kita), bukan hanya kita senang sudah melihat wajahnya dari layar kaca atau mendengar suaranya.”
Memang, biasanya seseorang menganggap bahwa idola tersebut adalah sosok yang hebat dan ingin menirunya hampir 100%. Dan itu yang gawat. Mario Teguh bilang: “Jangan meniru idolamu seratus persen, karena pada akhirnya kamu tidak akan menjadi diri kamu sendiri dan tidak akan mampu pula menjadi dirinya. Tapi ambilah hal positif dari beberapa orang hebat, lalu bentuklah hingga menjadi dirimu yang hebat. Itu.”
Jadi.. Idolakanlah mereka, yang paling tidak mereka bisa ngasih energi positif. Kitu cenah yess!! 

Minggu, 27 April 2014

Budaya Mendownload




Budaya merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah (KBBI), Indonesia sendiri memiliki beragam budaya yang dapat dilihat dari berbagai aspek yang secara otomatis telah menjadi identitas Bangsa dan Negara. Namun, budaya tetaplah budaya, bukan hal yang akan terus melekat pada suatu Negara apabila tidak dilestarikan oleh bangsanya sendiri. Jika demikian, sebenarnya budaya dapat diciptakan sendiri oleh suatu bangsa atau kelompok tertentu.
Kini, dengan perkembangan zaman, teknologi menjadi salah satu pengaruh terhadap terciptanya budaya baru khususnya di bidang pendidikan tingkat Sekolah Menengah dan Sekolah Tinggi. Mengambil sesuatu yang mereka butuhkan secara cepat adalah salah satu alasan para siswa dan mahasiswa untuk mendownload. Mendownload adalah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan cara mengcopas (copy paste) suatu karya berupa tulisan, gambar, video dan hal lainnya yang dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan tugasnya. Mendownload dapat dilakukan oleh semua kalangan, tapi khususnya di bidang kebersekolahan, kini sedang merajalela. Bagaimana tidak, dengan fasilitas yang memadai yang telah disediakan, para pendownload dapat mendapatkan semua hal yang mereka cari, biasanya tugas dari guru dan dosen, dengan sekali ‘klik’ maka akan bermunculan data-data yang berhubungan dengan hal tersebut. Selain dapat dilakukan secara cepat, mendownload juga dapat dilakukan secara gratis atau paling tidak lebih hemat, hemat uang dan waktu, wkwkwk. Syarat mendownload tidak terlalu ribet, “dan kalaupun ribet akan tetap dipilih jika dibandingkan dengan harus membuka buku dan lari ke perpustakaan” Ujar seseorang yang malas membaca. Hanya dengan benda yang bernama komputer/laptop/sejenisnya dan koneksi internet, Anda akan dapat mendownload. Ya, kini mendownload sudah menjadi budaya.
Selain keuntungan dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas para siswa dan mahasiswa, mendownload juga merupakan sebuah hal yang mengkhawatirkan para guru dan dosen, karena itu akan membuat anak didiknya menjadi malas membaca buku dan pergi ke perpustakaan, mungkin hal ini sudah terjadi untuk para siswa dan mahasiswa yang memang sudah begitu, tetapi kekhawatiran besar untuk para siswa dan mahasiswa yang rajin membaca buku menjadi ikut antusias untuk mendownload ini. “Tapi kan meskipun mendownload, tetap dibaca dulu dan ini hanya sebagai referensi saja” Ujar mahasiswa yang katanya suka membaca. “Dan saya tetap rajin pergi ke perpustakaan koq, meskipun bukan untuk membuka buku alias untuk mendownload, karena koneksinya sangat cepat dan tempatnya hening. Hehehee” Ujar mahasiswa yang ditemui di perpustakaan.
Perbedaan persepsi orang-orang menjadikan mendownload sebuah hal yang biasa, dan pasti dan untung dan rugi sehingga menimbulkan pro dan kontra. Namun, budaya tetaplah budaya, bukan hal yang akan terus melekat pada suatu Negara apabila tidak dilestarikan oleh bangsanya sendiri (saya ulangi lagi :DDD). Jadi, apapun pendapat tiap orang tentang budaya mendownload ini, tetaplah menjadi orang yang bisa mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan. Mendownload memang enak, tinggal ‘klik’ langsung ‘ditemukan’.  Tapi, janganlah percaya 100% atas data yang di download, tetaplah berani membuka buku untuk sekedar membuktikan bahwa isi dari data tersebut benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan hargailah orang telah menciptakan karya tersebut dengan menuliskan sumbernya darimana hasil download’an Anda, biarlah mereka yang mempertanggungjawabkan hasil karyanya (yang dia upload). Janganlah menjadi plagiator. Karena kalau kata Pidi Baiq “Hidup kami, mati kau Plagiator”, mau mati? Biarlah kita mati karena Tuhan yang memanggil, bukan karena menjadi plagiator. Begitu, hehe.
Dan tidak akan menjadi masalah sebenarnya, jika perilaku mendownload ini tidak mengurangi antusias orang-orang membaca buku di perpustakaan, atau dilakukan dengan alasan ingin mendownload e-book agar lebih praktis dan ekonomis :DDDD.
Satu hal lagi. Jika sudah bosan menjadi pendownload, maka saatnya menjadi pengupload. Waktunya Anda sendiri yang memberikan peluang para pendownload untuk mendownload karya Anda. Dan rasakan. Hahaha.

Jumat, 25 April 2014

Kekasih Yang Tak Dianggap

 “Makasih ya, Nes. Maaf jadi ngerepotin. Hehehe”
“Iyaa, Di. Sama-sama, aku seneng bisa bantu kamu. Tapi, aku gak janji kapan bisa ngomong ke Mila nya. Nanti aku kabari lagi deh”
“Iyaa, aku tunggu ya. Hehehe. Eh, tapi kamu gak cemburu kan?”
“Yeee, enggaklah. Biasa aja, hehe”
“Hehehe, becanda.. Yaudah, udahan dulu yaa. Met malem, Ines. Assalamu’alaikuum”
“Iyaa, malem juga. Waalaikumussalam”
Tut.. tut.. tuuuttt... Telepon ditutup oleh Eldi. Sejenak, aku terdiam dengan handphone yang masih berada di telingaku. Ingin rasanya aku berteriak kencang. Tapi, nyatanya aku hanya bisa terdiam, pura-pura tersenyum.
Eldi adalah cowok incaranku sejak di bangku SMP, kita pernah sekelas waktu kelas 1. Dulu, dia orangnya cuek banget sama aku, bahkan dia pernah bilang kalau dia sempat gak suka sama aku karena sikapku yang centil. Tapi sekarang, kita sering komunikasi, baik lewat telepon, sms, ataupun bertemu langsung. Dan, karena seringnya kita berkomunikasi, mungkin inilah yang orang-orang bilang tentang Cinta Lama Bersemi Kembali, aku kembali menyimpan perasaan kepadanya. Sering, aku merasa dia memiliki perasaan yang sama, tapi dugaan itu sirna ketika dia sudah membicarakan mantan pacarnya, Mila. Mereka pacaran sudah sejak kelas 2 SMP, ya, sejak aku sangat mengaguminya. Wajar bila dulu aku merasa kecewa, karena bisa dibilang akulah yang pertama mencintainya. Tapi ironis, Eldi memilih wanita yang memang lebih cantik dariku. Patah hati dan galau. Semakin mereka mesra, maka semakin dalam rasa benciku terhadap mereka.
Sudah 2 minggu ini, Eldi sering cerita tentang mantannya. Dia sering memimpikannya dan katanya rindu. Tapi, Mila mantannya itu, kini sudah menikah hampir 3 bulan. Eldi meminta tolong kepadaku untuk menyampaikan rasa penyesalannya dan permintaan maaf kepada Mila karena dulu pernah mengabaikannya ketika mereka sempat putus. Karena alasan sudah menikah itulah Eldi meminta bantuan kepadaku, tidak mungkin dia berbicara langsung kepada Mila yang kini sudah bersuami, takut ada kesalahfahaman dan menjadi masalah besar. Menurutku, tindakan Eldi cukup bijak, dan memang harus segera diselesaikan agar tidak menjadi prasangka yang berlebihan.
Aku, yang sama sekali tidak dekat dengan Mila, meng’iya’kan untuk membantu Eldi. Aku berfikir akan merasa senang jika bisa membantunya bagaimanapun caranya. Selain itu, alasan aku ingin membatunya adalah agar teka-teki mimpinya Eldi segera terjawab dan agar tidak ada lagi kata Mila dalam pembicaraan aku dengannya. Rasanya sakit sekali mendengar kata Mila dari bibirnya, lebih sakit dari melihat mereka bermesraan ketika dulu sejak SMP itu.
Perasaan kagum yang semakin membara seiring dengan seringnya aku dan Eldi berkomunikasi, selama itu pula curhatan Eldi tentang Mila semakin membludak. Inilah kisahku, kekaguman yang tak pernah terbalaskan nyata. Bayangan menjadi kekasihnya semakin hari semakin akan sirna. Kini, aku hanya sebagai kekasih yang tak pernah dianggap. Entah sampai kapan, perasaanku ini akan bertahan. Entah akan luntur seiring derasnya air mata hati yang terluka oleh sikap Eldi, namun tanpa dia sadari.