Saat itu
aku benar-benar merasa marah, kesal, kecewa, gak nyangka pokoknya sebeeellll
banget. Rasanya sudah banyak kata-kata kasar yang aku keluarkan dari mulut
manisku itu, sampai-sampai temanku sendiri tidak menyangka semarah itu aku
padanya. Iya, padanya yang selama 1 bulan terakhir itu menjadi seseorang yang
jelek dimataku. Entah mengapa. Konon katanya dia sudah banyak melakukan
kesalahan dimataku, semua yang dia lakukan tidak pernah baik dimataku, seperti
tidak ada kata kesempatan untuk dia jelaskan kepadaku. Dia benar-benar sudah
menjadi orang yang aku benci dicatatan hidupku. Heran memang, secara langsung
aku yakin dia tidak dengan sengaja menyakitiku apalagi ingin memiliki masalah
denganku. Bahkan disini terlihat bahwa aku yang seperti ingin mencari masalah
dengannya, semua yang dia lakukan selalu salah dimataku, meskipun yang dia
lakukan itu bukan terhadapku. Aaah, mungkin aku sudah terpengaruh kata-kata
orang mengenainya. Dann... aku sadar akan itu.
Dikala itu,
benar-benar seperti puncaknya aku marah padanya. Aku seperti tidak
sungkan-sungkan menjelek-jelekannya didepan orang lain. Seperti yang sangat
tersakiti. Meski, sebenernya belum jelas pasti permasalahannya. Tapi, bisa dibilang mungkin pada saat itu adalah
kesempatan aku untuk melampiaskan uneg-uneg yang ada didalam dada. Aku sepertie
memutar kembali memoriku mengenai sikapnya yang tidak aku suka.
Yang lebih
parah, aku berani bicara langsung ke dia (melalui sms) untuk mempertanyakan
mengapa dia bersikap seperti itu. Meminta suatu penjelasan. Bagiku itu sebuah
prestasi, maksudnya ya setidaknya aku bukan hanya berani marah didepan
teman-temanku. Aku berani memeprlihatkan rasa kesalku terhadapnya dengan bicara
melalui sms itu. Namun, balasan yang aku harap secepatnya itu sirna, dia tidak
membalas sekalipun untuk menjawab pertanyaanku. Dari situlah rasa emosiku
memuncak. Aahh pokonya memalukan untuk aku paparkan bagaimana marahku, seperti
yang kerasukan set*n, aku seperti tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
Benar-benar tidak bisa mengendalikan emosi. Pikiranku jelek bangetlah pokoknya.
Aku tidak
berhenti bicara terhadapnya, aku memang butuh respon dia kala itu. Aku berfikir bahwa aku membutuhkan balesan
dia yang isinya penjelasan. Itu aja. Lalu, tindakan aku selanjutnya adalah
bercerita hal ini kepada orang yang aku anggap dia bisa memberiku solusi,
setidaknya aku bisa rada plong-lah. Setelah itu aku mendapat sedikit
pencerahan. Tak lama dari situ, si dia membalas dengan ininya semua penjelasan
dia.
*JLEB..
malu banget. Aku sudah marah-marah tadi. Aduuuhh, andai saja dia jelaskan itu
pas tadi aku pertama sms, mungkin kejadiannya engga bakalan seperti itu.
Jujurrr, aku ngerasa bersalah bangetlah sama dia. Aku langsung minta maaf banget.
Aku terima kalau dia sekarang yang balik kesal atau marah. Aku nyadar aku udah
ngelakuin kesalahan besar. Tapi dia bilang gak apa-apa, entah dia memaafkan
atau tidak. Yang jelas ini benar-benar bisa membuatku mengambil hikmah dari
semua masalah ini. Dia sudah mengubah pikiranku yang jelek menjadi baiklah
setidaknya. Aku sudah gamau negatif thinking lagi ma dia dan siapapun. Aku udah
ngerasain banget dampaknya kayak gimana. Ga enak banget pokoknya.
Kali ini,
selain hikmah tersebut ya aku jadi merasa tenang. Aku bertekad jangan
berfikiran jelek lagi. Itu benar-benar menyiksa diri sendiri. Bahkan yang lebih
fatal adalah bisa merugikan orang lain. Alhamdulillah masalah ini sudah
membawaku sedikit naik level kedewasaannya, hehe. Iya emang bener, aku jadi gak
mau mengedepankan emosi lagi. Memang, penjelasan adlam suatu masalah itu
sangatlah penting. Kalau tidak ya jadinya penuh prasangka yang aneh-aneh.
Malu? Ya
bangetlah. Malu banget pokoknya. Tapi, itu gak penting untuk saat ini.
Berfikiran positif dan ga gengsi untuk bilang minta maaflah yang lebih penting.
Itu aja.
Makasih
teman,
Salam
sayang hehehheeeeee....