Senin, 04 November 2013

Dahsyatnya "berprasangka baik dan meminta maaf"


Saat itu aku benar-benar merasa marah, kesal, kecewa, gak nyangka pokoknya sebeeellll banget. Rasanya sudah banyak kata-kata kasar yang aku keluarkan dari mulut manisku itu, sampai-sampai temanku sendiri tidak menyangka semarah itu aku padanya. Iya, padanya yang selama 1 bulan terakhir itu menjadi seseorang yang jelek dimataku. Entah mengapa. Konon katanya dia sudah banyak melakukan kesalahan dimataku, semua yang dia lakukan tidak pernah baik dimataku, seperti tidak ada kata kesempatan untuk dia jelaskan kepadaku. Dia benar-benar sudah menjadi orang yang aku benci dicatatan hidupku. Heran memang, secara langsung aku yakin dia tidak dengan sengaja menyakitiku apalagi ingin memiliki masalah denganku. Bahkan disini terlihat bahwa aku yang seperti ingin mencari masalah dengannya, semua yang dia lakukan selalu salah dimataku, meskipun yang dia lakukan itu bukan terhadapku. Aaah, mungkin aku sudah terpengaruh kata-kata orang mengenainya. Dann... aku sadar akan itu.
Dikala itu, benar-benar seperti puncaknya aku marah padanya. Aku seperti tidak sungkan-sungkan menjelek-jelekannya didepan orang lain. Seperti yang sangat tersakiti. Meski, sebenernya belum jelas pasti permasalahannya.  Tapi, bisa dibilang mungkin pada saat itu adalah kesempatan aku untuk melampiaskan uneg-uneg yang ada didalam dada. Aku sepertie memutar kembali memoriku mengenai sikapnya yang tidak aku suka.
Yang lebih parah, aku berani bicara langsung ke dia (melalui sms) untuk mempertanyakan mengapa dia bersikap seperti itu. Meminta suatu penjelasan. Bagiku itu sebuah prestasi, maksudnya ya setidaknya aku bukan hanya berani marah didepan teman-temanku. Aku berani memeprlihatkan rasa kesalku terhadapnya dengan bicara melalui sms itu. Namun, balasan yang aku harap secepatnya itu sirna, dia tidak membalas sekalipun untuk menjawab pertanyaanku. Dari situlah rasa emosiku memuncak. Aahh pokonya memalukan untuk aku paparkan bagaimana marahku, seperti yang kerasukan set*n, aku seperti tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Benar-benar tidak bisa mengendalikan emosi. Pikiranku jelek bangetlah pokoknya.
Aku tidak berhenti bicara terhadapnya, aku memang butuh respon dia kala itu.  Aku berfikir bahwa aku membutuhkan balesan dia yang isinya penjelasan. Itu aja. Lalu, tindakan aku selanjutnya adalah bercerita hal ini kepada orang yang aku anggap dia bisa memberiku solusi, setidaknya aku bisa rada plong-lah. Setelah itu aku mendapat sedikit pencerahan. Tak lama dari situ, si dia membalas dengan ininya semua penjelasan dia.
*JLEB.. malu banget. Aku sudah marah-marah tadi. Aduuuhh, andai saja dia jelaskan itu pas tadi aku pertama sms, mungkin kejadiannya engga bakalan seperti itu. Jujurrr, aku ngerasa bersalah bangetlah sama dia. Aku langsung minta maaf banget. Aku terima kalau dia sekarang yang balik kesal atau marah. Aku nyadar aku udah ngelakuin kesalahan besar. Tapi dia bilang gak apa-apa, entah dia memaafkan atau tidak. Yang jelas ini benar-benar bisa membuatku mengambil hikmah dari semua masalah ini. Dia sudah mengubah pikiranku yang jelek menjadi baiklah setidaknya. Aku sudah gamau negatif thinking lagi ma dia dan siapapun. Aku udah ngerasain banget dampaknya kayak gimana. Ga enak banget pokoknya.
Kali ini, selain hikmah tersebut ya aku jadi merasa tenang. Aku bertekad jangan berfikiran jelek lagi. Itu benar-benar menyiksa diri sendiri. Bahkan yang lebih fatal adalah bisa merugikan orang lain. Alhamdulillah masalah ini sudah membawaku sedikit naik level kedewasaannya, hehe. Iya emang bener, aku jadi gak mau mengedepankan emosi lagi. Memang, penjelasan adlam suatu masalah itu sangatlah penting. Kalau tidak ya jadinya penuh prasangka yang aneh-aneh.
Malu? Ya bangetlah. Malu banget pokoknya. Tapi, itu gak penting untuk saat ini. Berfikiran positif dan ga gengsi untuk bilang minta maaflah yang lebih penting. Itu aja.
Makasih teman,
Salam sayang hehehheeeeee....