Senin, 04 Mei 2015

Cintamu Selalu Lebih Besar, Ayah!

Kade, makan ulah telat.” (Awas, makan jangan telat)
Itulah pesan singkat ayahku malam ini. Ya, ini adalah pesan sederhana yang sudah lama tidak aku terima di daftar ponselku, terlebih dari seorang teman dekat yang notabene selalu menjadi candu atas keberadaannya walau sekedar berkirim pesan singkat.
Sekarang, malam ini, aku merasa terharu walaupun pesan itu sering ayah katakan ketika aku pulang ke rumah ataupun ketika sedang di kost. Tapi, aku merasakan hal yang berbeda sekarang, perhatian seperti itu begitu menunjukan bahwa ayah sangat mengkhawatirkan akan kesehatanku, tetapi aku begitu jarang mengatakan hal serupa padanya dengan alasan ‘gengsi’.
Maka, kuberanikan diri untuk membalasnya.
“Iya, Pak. Siap! Bapa oge jagi kesehatan.” (Iya, Pak. Siap! Bapak juga jaga kesehatan)
Well, apa balasan ayahku?
“Ok.”
Hehe, begitu sederhana namun romantic bagiku sebagai seorang gadis berusia 21 tahun yang tidak punya pacar. Setelah aku telah mengabaikan cinta ayahku yang begitu besar dan selalu ditunjukan dengan hal-hal kecil sedari dulu yang hanya mengharapkan perhatian-perhatian tersebut dari seorang teman dekat saja. Shit! Dulu aku masih labil.
Sekarang, aku tahu mengapa ayah begitu melarangku untuk pacaran.
“Semoga Ayah senantiasa diberi kesehatan dan ketenangan. Aamiin.” – Gadis Kecilmu

Bandung, 5 Mei 2015
            (Bersama cahaya bulan yang romantis)