Kamis, 04 Desember 2014

PUISI AKROSTIK : HERRY



Hitamnya langit sudah member kabar malam
Engkau masih terjaga dan menyapa
Riuh kata
Riuh tawa canda
Yang disana, jangan berkedip seperti bintang ih, itu genit


(waktu malam bercakap ringan dengan Kang Herry Satrya Wiwitan)
Bandung, 13 November 2014 

Minggu, 10 Agustus 2014

Beasiswa DataPrint Asik Banget



Dari Sabang sampai Merauke
Produk DataPrint emang paling oke!

Haaiiiiii...
Apa kabar hari ini? Semoga menyenangkan ^^ Ada kabar gembira untuk kita semua. Ups! Kok jadi kaya iklan Makaa? Gooodd! gini yaak :DDD
Oke, basa-basinya segitu aja dulu, sekarang ini serius, ada program beasiswa DataPrint yang cocok banget buat kamu-kamu yang doyan bonus. Caranya? Gini nih, beli produk dari DataPrint lalu kamu bisa nikmatin produknya dengan kualitas oke banget, nah bonusnya kamu bakalan dapet secarik kertas berisi kode unik yang bakalan membuat kamu punya peluang dapet beasiswa dari DataPrint. Asik kan? Bangeett!!
Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun keempat. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 hingga 2013, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2014 sebanyak 700 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Pendaftaran periode 1 : 7 Februari – 30 Juni 2014
Pengumuman                : 10 Juli 2014

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 31 Desember 2014
Pengumuman                : 12 Januari 2015

PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000
@ Rp 500.000
@ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
250 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
250 orang



So, buruaaan tengok disini infonya www.beasiswadataprint.com dan www.dataprint.co.id ^^ 

Selasa, 22 Juli 2014

Gak Mau Mati Dulu, Belum Nikah!


#dokpri_gamaunikahdulu,belumnikah!!


Disebuah arena permainan terbesar di Jakarta, sekolahku mengadakan acara perpisahan kelas 3 disana. Aku dan teman-teman tidak ingin terlewatkan menikmati semua wahana yang ada, terutama wahana-wahana yang ekstrem. Waktu itu kami harus rela mengantri dalam antrian panjang, waah banyak peminatnya juga ternyata, aku saja ini belum apa-apa uda keringat dingin, apalagi melihat ekspresi teman-teman yang telah lebih dulu naik wahana itu. Diman, adik kelasku yang diminati para wanita ‘gila koin’ itu sudah duduk dan sedang menikmati detik-detik wahana itu dimulai, mukanya terlihat sedikit pucat, ah mungkin memang kulitnya yang putih, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ketegangan mulai terlihat diwajahnya. Hihihi, terlihat lucu sekali ekspresinya. Padahal dia yang paling sok’ berani dan mengejek temannya yang tidak naik wahana itu ketika masih dalam antrian tadi.
“Semuaa SIAAAP!” Seru pemuda penjaga wahana itu.
“SIIAAAAPPPP! Hahaha.” Jawab mereka.
“Huuuuuuuuuu” Sorak sorai kami dari barisan antrian.
Dan permainan pun dimulai......
“Aaaaaaaaaaaaaaa, mamaaaaaa”
“Udaaaaahh ii udaaaah Aaaaaaaaaaa.”
“Allaaaaahhhhhhhhhuakbaaaarrrrr aaaaaaaa cukuuupppp aaaaaa.”
Terdengar jeritan dan ocehan tidak jelas dari arah wahana ektrem yang sedang beraksi itu. Kami yang menonton tertawa melihat mereka. Padahal sebentar lagi kami akan merasakan apa yang mereka rasakan. Haha.
Tapi, pandanganku tertuju pada satu orang. Diantara jeritan dan teriakan mereka, ada satu kalimat yang aku dengar sekilas tapi begitu jelas, suara itu keluar dari mulut sang idola para wanita ‘gila koin’, Diman. “Emmaaakkkk, stooopppppp... acan kawwiiinnn iiihhh aaaaaaaa.”
HAH? Hahaa. Dari sekian teriakan dan ocehan tidak jelas, itu yang membuatku ketawa geli sampai sekarang. Diman yang aku kenal selama ini adalah orang yang cuek, sombong, cool dan ganteng. Sama sekali tidak terbayangkan dia akan bicara seperti itu. Tambah lucu lagi jika membayangkan ekspresinya, haha, parah! Pada waktu itu, entah hanya aku saja yang menyadari atau ada yang lain juga yang menangkap kalimat itu. Tapi, setelah kejadian itu, teman-temanku maupun adik kelasku yang menyaksikan sama sekali tidak membahas soal tadi, padahal menurutku ini bisa jadi gosip terhangat alias tranding topic! Hahaha.
***
Tawa Rama dan Ardan kian memuncak. Di warung kopi si Mamih mereka berbincang-bincang tentang suatu hal. Aku dan Dahlia yang duduk bersebelahan dengan mereka walau berbeda meja sangat jelas sekali mendengar percakapan dua pemuda yang kian membara jiwa mudanya itu.
“Heh, Bro. Lu kapan kawin?” Tanya Rama sambil menyeruput kopi hitamnya.
“Haha. Heh, pertanyaan Lu gada yang lain napa. Kita ini masih kelas 2 SMK, Lu nanya-nanya soal kawin ke gue, kemaren aja gue baru diputusin sama si Lisa.”
“HAH? Lu putus? Siapa yang mutusin?.”
“Ya Lu nanya siapa yang mutusin, Lu bisa nebak lah siapa. Ya guelah yang diputusin!”
“Hahahaha. Kenapa Bro? Ketahuan selingkuh ya?”
“Kampret.”
“Sorry... kayaknya Lu lagi galau banget ya? Kenapa bisa? Bukannya Lu baru 2 bulan ya pacaran sama Lisa? Susah banget lagi dapetinnya. Haha.” Celoteh Rama dengan wajah ‘kepo’nya.
“Iya. Dia mutusin gue sih katanya karena dia ngerasa keganggu dengan status pacaran kita. Dia mau sendiri dulu. Dia bilang sih break dulu, tapi gue gak yakin dia bakal balik ke gue.”
“Haha, alasan klasik! Hari gini.” Kata Rama serius.
“Gue juga mikir gitu, Ram. Sumpah sebenernya gue gak terima alesan dia, perasaan gue gak terlalu over protektif ke dia. Gue juga gak pernah mempermasalahin kalau dia nolak ajakan pergi gue.”
“Jangan-jangan dia nerima Lu karena kasihan doang, Bro. Secara Lu ngejar-ngejar dia banget kan?”
“Masa sih? Mungkin juga.” Jawab Ardan dengan nada lemas.
“Tapi gue gak ngeliat Lu galau. Makanya gue gak nyangka Lu putus. Kalo gue baru putus gitu udah ngisep semua batang rokok yang ada di warung si Mamih nih, hahaha.”
“Lu gak tahu hati gue sakit banget. Pikiran gue kalut. Gue pengen bunuh diri rasanya.”
“Heh! Lu ngomong ngawur gitu. Sampe segitunya ya?”
“Yaaa, itusih mungkin efek pikiran kalut. Yang sebenarnya gak mungkinlah, gue masih mikirin masa depan gue kali, masih pengen bernafas di dunia ini, masih pengen bareng-bareng Lu, dan alasan kuat gue gak mau mati dulu karena gue belum kawin.”
“Beuh! Setuju mas Brooo!”
“HAHAHAHA.” Tawa Rama dan Ardan pecah.
Aku yang dari tadi berpandangan dengan Dahlia ketika mendengar percakapan mereka sontak terkaget dan nyaris keselek minuman.
***
Dari kedua cerpen diatas dapat diambil satu kesimpulan yang sama, kematian dan menikah. Cerita diatas adalah hanya sebagian kecil contoh dari sekian banyak kejadian yang intinya adalah sama. Kematian dan menikah memang dua hal yang bertolak belakang, maksudnya ‘kebanyakan’ orang takut mati dan sangat ingin menikah. Bener?
Kisah lain yang sering aku tangkap dari beberapa orang adalah ketakutan mereka akan tidak memiliki pasangan di dunia atau kata nge-tren­nya adalah jomblo. ‘Kebanyakan’ dari mereka jalan pacaran adalah cara mengobati rasa takut akan tidak memiliki pasangan di dunia, banyak dari mereka yang berpacaran dengan berani membuat komitmen untuk serius hingga ke pelaminan. Banyak dari beberapa orang yang takut jika jalan ta’aruf bukan jalan yang terbaik. Dan semua yang mereka yakini adalah sebuah pilihan yang mereka ambil sepaket dengan pertanggungjawaban atas pilihannya. Sebuah kalimat yang serupa dengan cerita diatas adalah:
 “Aku tidak ingin mati sebelum menikah.”
“Aku ingin menikah dulu sebelum mati.”
“Cepetan nikah, keburu mati.”
Sehingga kerap kali menikah adalah sebuah tujuan hidup seseorang. ‘Kebanyakan’ orang takut tidak bisa merasakan indahnya pernikahan ketika sudah mati, padahal sudah jelas-jelas mati bukan akhir segalanya, kematian justru gerbang awal dari kehidupan kekal abadi, disana manusia akan diperhitungkan segala amalan ketika di dunia untuk ditentukan akan masuk ke surga atau neraka.
Allah SWT berfirman:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri (pasangan) yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah (2) : 25)

Ucapan dan Doa


#dokpri_ucapan&doa

Kali ini jari tanganku kaku untuk menuliskan sebuah pesan singkat untuk sekedar menyapa dan memberi ucapan selamat. Hari ini adalah hari ulang tahun Kian, dia adalah sosok pria yang dulu pernah ada dihatiku alias mantan #halah basa basi banget! Hehe. Oke, 3 hari sebelumnya aku memang sudah ingat bahwa hari ini adalah tepat hari ulang tahunnya. Sebenarnya 3 hari itu pula aku sudah menyiapkan kata-kata ucapan dan doa kepadanya. Tapi, tepat hari ini tiba, semuanya terasa kaku dan ragu.  
Sudah hampir 2 tahun aku tidak berkomunikasi dengannya. Entah persisnya karena apa, kabar darinya seperti ditelan bumi begitu saja, akupun seperti tidak merasa kehilangan atas ketidakmunculan dia untuk sekedar tegur sapa. Kontak dia masih aku simpan di daftar kontak hpku, namun entah masih aktif atau tidak, tapi yang pasti nomorku sudah beberapa kali ganti dan aku yakin dia tidak memiliki nomor kontakku, mungkin itu salah satunya mengapa aku dan dia tidak berkomunikasi lagi.
Tidak seperti tahun kemarin, aku masih bisa mengucapkan selamat kepada dia dengan santai walaupun kala itu dia sedang menyandang status pacar orang lain. Setelah 4 tahun kita putus, aku dan dia memang masih saling berkomunikasi bahkan bisa dikatakan masih dekat seperti masih pacaran dulu, tidak jarang dia meminta kita balikan lagi, tapi aku selalu menolaknya secara halus dengan alasan yang sama, semoga dia mengerti. Dan sejauh itu diantara kita memang terjalin silaturahmi dengan baik, kita sering saling curhat, termasuk untuk masalah pacar barunya, setidaknya aku sudah berhasil menjadi pendengar yang baik. Mungkin.
Hatiku resah. Tidak seperti biasanya. Pikiranku dibaluti beberapa kemungkinan terjadi jika tiba-tiba mengirim pesan singkat berisi ucapan selamat dan doa, tapi bagaimana pula jika aku tidak melakukannya seperti tahun lalu. Sesaat aku menarik nafas, waktu begitu cepat berlalu, hari sudah malam dan kesempatan aku untuk mengucapkan tepat di tanggal ini hanya beberapa jam lagi. Aku terdiam. Dan.... akhirnya kuputuskan untuk tidak mengucapkannya. Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudara tersebut, maka doa tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum'ah serta berharap imbalan sehingga lebih diterima oleh Allah. [Mir'atul Mafatih 7/349-350]  Alhamdulilllah, sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan. Selamat ulang tahun, semoga diberi keberkahan di sisa usiamu, ya, Kian. Aamiin. 

Senin, 21 Juli 2014

Terjebak Nostalgia


#dokpri_terjebaknostalgia

Ini bukan hanya sekedar judul lagu dari seorang penyanyi wanita Indonesia bernama Raisa. Tapi ini adalah sebuah perjalanan panjang sepotong hati yang terlanjur sering terjatuh lalu berusaha bangkit hingga untuk yang ke sekian kalinya, dia kini terjebak lagi dalam ruang nostalgia. Masa lalu memang akan menjadi bagian bagi setiap insan, kita memang diharuskan untuk tidak selalu memandang masa lalu, tapi menjadikannya sebagai pelajaran untuk bersikap lebih baik di masa kini dan yang akan datang.
Setiap kejadian lampau adalah sudah menjadi kepastian akan berlabelkan masa lalu, dan merasa kembalinya kita ke masa lalu membuat kita larut dalam suasana, nostalgia namanya. Tapi, akankah kita bisa menikmati suasana nostalgia penuh warna yang dulu kita ukir itu selamanya? Tidak, kita harus segera bangun dari rasa nyaman dan perasaan dimanjakan oleh suasana nostalgia untuk sekedar menyadari bahwa kita harus realistis.
***
Neri segera mengusap air matanya yang sudah mengalir deras sejak 2 jam lalu, tepat ketika dia mengingat tiap momen dalam lembaran buku album merah yang sudah kusam itu. Hatinya teriak menangis, tubuhnya bergetar, mulutnya tak mampu berucap satu kata pun, dipandangnya sebuah potret dalam lembar terakhir, wajah itu terlihat segar, tersenyum lepas dan memancarkan kebahagiaan disetiap sorot matanya.
“Kang...” Bisiknya lirih.
Diusapnya berkali-kali potret suaminya itu yang kini sudah tenang disisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Rasanya tak ingin beranjak dari masa-masa ketika masih bersama suami tercinta, dia kehilangan sosok suaminya ketika baru 2 bulan mereka dikaruniai seorang anak kembar dengan jenis kelamin berbeda, kakaknya diberinama Ali Husein dan adiknya diberinama Nur Fatimah. Kini, anak mereka sudah menginjak usia ke 8 tahun. Neri mengasuh mereka sendirian. Walaupun usianya masih terbilang muda, tapi dia belum memikirkan mencari sosok ayah dalam wujud nyata untuk anak-anaknya. Neri tersenyum lirih dalam lamunannya.
“Sayaang, terima kasih sudah berjuang untuk melahirkan buah hati kita. Alhamdulillah anak kita kembar, seperti keinginanmu. Maha Besar Allah, secara genetik, kita berdua tidak memiliki keturunan gen kembar, Alhamdulillah...” Kata Azis seraya mengusap keringat sang istri.
“Iya, kang. Alhamdulillah.” Neri tersenyum dengan sisa desahan nafas yang menandakan kelegaan dan puji syukur.
“Nanti kita beri nama siapa, Sayang?” Tanya Azis.
“Aku mau request yang perempuan diberi nama Nur Fatimah.”
“Nama yang cantik, Sayang. Baiklah yang laki-laki aku beri nama Ali Husein. Setuju?”
“Setuju, Kang. Bagus. Semoga anak-anak kita diberi umur yang panjang dan tumbuh menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah. Aamiin.”
“Aaaamiiiinnnn.”
Tapi, kebahagiaan itu seketika lenyap. Azis, sang suami telah berpulang dengan tenang. Neri segera menutup album itu dan menyimpannya ditempat semula yaitu didalam lemari bajunya. Aku tidak akan pernah menyesali semua yang terjadi, Kang. Rasanya, aku tidak benar-benar kehilanganmu, mungkin raganya iya, tapi hatimu akan tetap bersemat dalam jiwa ini dan dalam jiwa-jiwa kecil kita, Ali dan Nur. I love u so much, Kang!

Aku Malu (Palestine)


#dokpri_akumalu_poetry


Saudaraku...
Aku malu melihatmu
Deritamu sungguh berat dariku
Tapi tetap sekuat batu karang ditengah deburan ombak
Bertahan dengan tombak keimanan

Aku malu melihatmu
Kau sibuk untuk melindungi tanah airmu, negeri para nabi
Walau darah kau rela cucurkan
Bukan sibuk berkeluh kesah mengumbar kesedihan

Aku malu melihatmu
Kau menangis karena kehilangan separuh jiwa dalam perang
Kau tetap tegar dan membasuhi luka dengan lantunan doa
Tapi tangisku sibuk dengan ketidakpuasan nikmat Tuhan

Aku malu melihatmu
Kau bertahan
Kau tetap berdiri dalam barisan rapi
Tidak takut ancaman
Walau kehancuran terus bertubi-tubi

Aku malu melihatmu
Saudaraku...
Palestina milikmu

Prioritas


#dokpri_prioritas

Sebagai seorang remaja yang sebentar lagi menginjak usia dewasa, tentulah banyak perubahan yang terjadi baik dari segi raga maupun segi jiwa yang tidak bisa kita hindari. Perubahan antara keduanya tergantung dari bagaimana pola kehidupan kita yang selain pengaruh dari dalam diri sendiri, juga tidak lepas dari pengaruh dari luar yang bahkan menjadi hal yang sangat memengaruhi.

Disinilah kemampuan kita diuji dengan berbagai hal yang terjadi di kehidupan kita, dari mulai masalah hati, pergaulan, persahabatan, lingkungan, pendidikan, karir dan hal lainnya yang tak kalah penting. Jiwa idealisme kita bermunculan, dan kita dituntut untuk bisa mengontrolnya, dimana keinginan harus diperlihatkan ke permukaan atau dikubur dalam-dalam. Pilihan demi pilihan menghampiri, dimana hati dan pikiran kita diuji disana, kapan kita bisa memakai akal pikiran kita dan hati nurani kita untuk tidak salah memilih suatu tindakan, penuh pertimbangan.

Kehidupan seperti bergejolak, semua hal yang terpenting meminta kepastian dari sikap kita. Kegalauan pun sering menghinggapi hingga rasanya kita lelah untuk menjalani kehidupan ini. Belum lagi sebuah kegagalan yang mendera, membuat kita takut untuk mengambil suatu keputusan dan sangat menimbang-nimbang bagaimana baik dan buruk dampaknya. Hingga terkadang kita terlalu takut untuk membuat keputusan walau hanya sekedar bilang ‘ya’ atau ‘tidak’, bahkan mungkin kita lebih memilih diam atau pergi jauh dari kenyataan.


Aku Tidak Suka!


#dokpri_akutidaksuka

Ketika suatu kejahatan terjadi didepan mata kepala kita sendiri, maka apa yang harus kita perbuat? Untuk hal yang satu ini mungkin sekarang telah menjadi sesuatu yang vital dalam kehidupanku. Disaat aku merasa harus memilah-milih teman dalam pergaulan, disaat aku disuguhkan sebuah pilihan yang sebenarnya mudah untuk dipilih tapi sulit untuk dilakukan.

Usiaku kini sedang dialami berbagai macam pilihan atas jalan kehidupan yang akan aku pilih. Tidak jarang aku harus dihadapkan dengan sebuah hal yang menjadikan perang batin atas diriku sendiri. Dengan bekal pendidikan agama sewaktu masih kecil, itu tidak cukup kuat untuk menghadapi segala persoalan rumit ketika aku berhijrah dari  kehidupan didalam rumah yang penuh dengan rasa aman dan nyaman. Tinggal sendiri disebuah kost-an menuntutku menjadi pribadi yang mandiri dan tidak cengeng. Seiring berjalannya waktu aku nikmati hari-hari sendiri di kota orang, sebuah lingkungan yang sedikit jauh berbeda dengan kehidupanku ketika di kampung halaman. Aku harus bertemu dengan orang-orang baru dalam kehidupanku, babak baru itu dimulai dengan sebuah perkenalan yang berlanjut menjadi sebuah pertemanan.

Sebuah kejadian yang tidak jarang terjadi, yaitu hal yang dapat membuat hati berontak menolak namun apa daya bibir tak mampu berucap ‘jangan lakukan itu teman, itu perbuatan tidak baik’, tanganpun tak mampu mengelak untuk menghentikannya, serta kaki yang diam kaku tidak bisa bergerak lari jauh, hanya bisa diam/pura-pura tidak peduli dan hati menangis. Ternyata, aku belum punya cukup keberanian besar untuk menghentikan perbuatan yang tidak baik ini. Aku terlalu takut dengan resiko yang akan aku terima jika aku memperlihatkan ketidaksukaanku terhadap perbuatan temanku itu, dia pasti marah dan akan menjauhiku. Aaaah, kenapa aku malah takut terhadap temanku dibandingkan dengan Allah? Astaghfirullah~ :(((

Introspeksi Diri

#dokpri-introspeksidiri

Apa yang harus kita lakukan terhadap orang yang wataknya sulit dirubah. Parahnya, dia merasa dirinya selalu benar. Ya, aku tahu mungkin sesulit apapun itu pasti bukan berarti mustahil tidak bisa terjadi kan? Oke, mungkin ini hanya masalah cara. Tapi, bagaimana jika kita sudah merasa cara kita sudah kita kerahkan untuk mengubah watak buruk seseorang? Hei! Tetap saja perjuangan belum selesai.

Manusia dimuka bumi ini sangat beragam, Maha Suci Allah yang telah Menciptakannya dengan segala kekuasaan yang dimilikiNya. Jangankan yang berbeda orangtua, yang kembar sekalipun pasti akan berbeda baik dari segi fisik maupun sikapnya. Kita memang tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan, semuanya sudah menjadi ketentuan mutlak Allah. Tugas kita hanya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dimanapun kita berpijak. Tentu saja pembentukan karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh kehidupan di keluarganya dan lingkungannya, ya mungkin kita tidak bisa memandangnya dengan sebelah mata kepada pribadi-pribadi yang kurang baik, karena kita tidak tahu pasti siapa yang harus disalahkan. Namun, alangkah baiknya jika kita tetap mengambil pelajaran dari setiap titik kehidupan yang telah Allah gariskan di dunia ini.

Pribadi yang kurang baik yang sudah menjadi watak seseorang sebenarnya bisa dirubah. Misalnya dalam beberapa hal, kita harus siap dihadapkan dengan orang yang keras kepala. Katanya, dengan kelembutan hati dan introspeksi diri maka sikap buruk itu akan luluh dengan sendirinya. Apakah selama ini aku belum bisa memberikan sikap yang baik terhadapnya? Sehingga, aku merasa sulit merubah sikapnya? Atau mungkin ternyata aku pun sama keras kepalanya dengan dia, sama-sama merasa benar terhadap argumen yang jelas-jelas hanya Allah Yang Maha Benar. 

Janji


#dokpri_janji

Janji adalah sebuah kata ungkapan keyakinan akan suatu kejadian atau sebuah penyimpanan harapan besar atas terjadinya suatu hal. Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, seharusnya kita jangan dengan begitu mudahnya bilang janji, jangan sampai seperti syair lagu seperti ini “Mudahnya membuat janji, semudah ingkar janji. Ouullaaalalala~”. Karena apa? Karena kita tidak tahu sama sekali apa yang akan terjadi satu detik kedepan sekalipun kita sudah merencanakan dengan matang. Hendaknya, kita tetap berusaha memberi kepastian tapi dengan menekankan bahwa kita tidak berjanji, karena jangankan yang fifty-fifty mau menepati janjinya, yang sudah nyaris seratus persen ditepati pun itu belum tentu terjadi sehingga orang Islam biasanya bilang “Insyaa Allah” yang maknanya adalah 99% sudah ‘iya’ akan menepati janji, namun 1%nya adalah kembali dengan ketetapan Allah, karena Allah Yang Maha Segalanya, Dia Yang Maha Menentukan dan jika Dia Menghendaki suatu hal terjadi, maka demikianlah terjadi.

Tapi, kebanyakan dari kita adalah menyalahgunakan kata ‘Insyaa Allah’ tersebut sebagai alat untuk ngeles ketika kita tidak bisa bilang ‘tidak’ karena takut membuat orang lain kecewa dengan keputusan kita. Padahal, mungkin dengan kita berbicara apa adanya dengan memberikan alasan logis, mereka pun akan mengerti. Mungkin.  

Rabu, 02 Juli 2014

Dicerai atau Dipoligami?



Bagi seorang wanita, dua hal tersebut menjadi hal yang mengerikan, bagaimana tidak, keduanya sama-sama tidak enak dan menyakitkan. Tetapi, hidup ini adalah pilihan, tidak sedikit para wanita yang dihadapi dua hal tersebut dan memilih salah satunya. Apakah ada jalan lain untuk tidak memilih keduanya dengan tetap bertahan menjadi seorang istri satu-satunya dari seorang suami? Mungkin ada, tetapi keadaan memaksakan untuk tetap memilih dicerai atau dipoligami. Aah, terlalu sulit dan sangat berat..
Berikut adalah jawaban  beberapa teman ketika ditanya soal hal tersebut:
“Mungkin sebelumnya harus dianalisis terlebih dahulu penyebab suami ingin berpoligami, jika ada beberapa alasan seperti seorang istri yang tidak bisa memberikan keturunan atau hal lainnya yang mengharuskan suami berpoligami, yaa sebagai seorang istri yang ingin kebahagiaan untuk suaminya aku rela dipoligami.” #Subhanallah
“Jangankan beristri dua, satu saja belum tentu adil. Maka aku memilih cerai saja.” #Iyasih-_-
“Jika ada kekuranganku seperti tidak bisa memberikan keturunan, aku akan mencoba memberi usul untuk mengadopsi anak jika kehadiran anak memang sangat diharapkan, tetapi jika suami tetap ingin memiliki anak dari darah dagingnya sendiri dengan alasan yang sangat logis, mungkin poligami lebih baik. Karena aku tidak ingin menjadi janda, dan belum tentu jika aku minta cerai, akan ada lelaki lain yang bisa menerima kekuranganku tersebut. Tetapi alangkah bahagianya jika sebuah kekurangan tidak menjadi alasan untuk suami menceraikan ataupun berpoligami. Sungguh, aku adalah wanita yang sangat beruntung bersuamikan dirinya.” #GustiNuAgung :((((
“Ah, bunuh aku sajalah.” Ih itu mah kaya lagu dangdut yang liriknya “Lebih baik kau bunuh aku dengan pedangmu, daripada kau bunuh aku dengan cintamu.” #duuhpliss :’(
“Walau jaminannya surga jika dipoligami, dan perceraian adalah hal yang dibenci oleh Allah, aku tetap akan memilih cerai, karena aku tidak ingin menyiksa diriku dengan membiarkan suamiku untuk berbagi hati dengan wanita lain apalagi tinggal seatap. Apakah aku sanggup melihat kemesraan mereka oleh mata kepalaku sendiri? Sedangkan, aku sangat cemburuan yang jika mencium bau perselingkuhan saja sudah nangis-nangis saking gak kuatnya.” #beneeerrrbingiiittsss
“Cerai sesuatu yang Allah tidak sukai, tapi diperbolehkan. Dimadu memang jaminannya pahala yang luar biasa, apabila seorang suami adil dan seorang istri ikhlas. Tapi saya memilih cerai, karena sebelum poligami dia sudah tidak adil pada keluarganya sendiri, apalagi nanti dia punya istri baru.” #OMG :((((
“Madu memang manis, tetapi dimadu adalah hal yang paling pahit melebihi jamu bratawali.” #Aiihh
“Sangat luar biasa jika ada wanita yang rela dipoligami, tapi jujur saja bagiku itu tidak mudah, entahlah. Mungkin keimananku belum sampai untuk bisa ridho dipoligami. Aku memilih bercerai saja.” #Hmmmm
Lalu bagaimana dengan jawabanmu? :)))
Ada kalimat yang keren diambil dari buku karya Asma Nadia yang berjudul Catatan Hati Seorang Istri, tentang poligami: “Pertama, kebahagiaan dengan istri kedua itu belum tentu, karena tidak ada jaminan untuk itu. Apa yang kelihatannya diluar bagus, belum tentu didalamnya. Hubungan pernikahan yang sepertinya indah, belum tentu terealisasikan indah. Dan sudah banyak yang seperti itu. Sementara luka istri pertama, itu akan pasti dan akan abadi. Sekarang, bagaimana saya melakukan tindakan untuk keuntungan yang tidak pasti, dengan mengambil resiko kerusakannya pasti dan permanen?”
Diceritakan oleh guru agama saya, perumpamaan rasa cemburu Aisyah istri Rasul kepada Khadijah istri Rasul yang lainnya adalah jika Aisyah sedang cemburu dan duduk dibawah pohon pisang, maka pohon pisang itu akan kering terbakar api cemburu Aisyah. Apakah saking terlalu bahayanya rasa cemburu jika terlalu membara?
Wanita mana yang ingin dipoligami? Seorang suami yang bersikap simpati kepada wanita lain saja sudah membuat hati cemburu luar biasa, apalagi berpoligami yang mungkin dengan mata kepala sendiri melihat suami berbagi hati dan bermesraan dengan wanita lain. Mungkin hanya 1 dari 1000 wanita di dunia ini yang ikhlas menerima suaminya berpoligami dan saya sangat salut.
Diambil dari film KCB I, tokoh Anna mengajukan permintaan khusus sebelum di khitbah oleh Furqan yaitu tidak ingin dipoligami, Anna mengambil buku kitab yang menjelaskan diperbolehkannya syarat-syarat tersebut untuk kemashlahatan.
Jadi, kedua pilihan tersebut seperti perumpamaan “buah simalakama”, tetapi hidup memang sudah diatur oleh Allah, suratan takdir setiap insan sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Sehingga, apapun yang terjadi, semoga kita tetap diberikan petunjuk agar tetap dalam koridor agama yang diridhoiNya. Aamiin.

Wanita, tersenyumlah selalu karena itu manis sekali :)))

Teh Pahit


source pic : www.okefood.com 

Berawal dari membuatkan teh panas untuk bapakku. Beliau sering menyuruhku dengan sebutan khas “Teh, pangadamelkeun cai cing lekoh” (Teh (panggilan kakak untuk perempuan), buatkan air teh pekat), maksudnya pekat disini adalah air teh panas dengan komposisi tehnya sangat banyak hingga rasanya sangat pahit dan warnanya terlihat merah gelap, sehingga pantasnya disebut teh pahit. Karena keseringan membuatkan teh pahit untuk bapak, aku bukan hanya menikmati cara membuat teh pahit, tetapi mencoba menikmati ketika mengkonsumsinya juga. Daaaann, aduuh nikmat sekali. Sungguh, aku merasakan sensasi luar biasa ketika mecoba teh pahit itu, tidak kalah nikmatnya dengan seduhan kopi pekat, mungkin karena keduanya sama-sama mengandung zat yang menyebabkan stimulansia.
Dirumahku, tepatnya rumah milik orangtuaku, suasananya sangat dingin karena berada di daerah pegunungan dan perkebunan teh. Mungkin, karena suasana demikianlah yang membuatku sering menikmati air teh panas nan pahit itu. Tetapi ada satu hal yang membuatku merenung, setelah sekian lama ku nikmati air teh pahit itu, ternyata aku baru sadar bahwa kehidupan ini adalah keseimbangan. Ada hidup dan mati, siang dan malam, bahkan katanya pulau Indonesia yang lebih dari 50% adalah lautan dan sisanya daratan itu tetapi menjadi seimbang karena dibawah lautan adalah tanah. Nah, begitupun dengan kesukaanku terhadap teh pahit itu, tentu saja akan menjadi seimbang dengan manisnya aku :))) haha #eeiiiii

Asin


source pic : omnduut.wordpress.com

Kata siapa liburan adalah waktu yang tidak tepat untuk belajar? Belajar bukan hanya di sekolah ataupun di kampus saja. Liburan juga waktunya kita belajar menerima kenyataan bahwa ketika libur sekolah atau kuliah itu ternyata enak, haha. Kita bisa melakukan apapun yang kita sukai tanpa tuntutan harus juara kelas dan IPK tinggi, wkwk.
Liburan di rumah memang tidak seindah liburan ke pantai, tetapi esensi kepembantuan tidak akan didapatkan jika liburan diluar rumah, hehe. Walaupun aku yang menghabiskan hampir 100% liburan dirumah, tetapi itu tidak mengurangi rasa senang yang tertimbun dalam jiwa, aku tetap bisa tersenyum, tertawa dan nyenyak tidur. Walau kadang mendapatkan perlakuan yang tidak enak, seperti di suruh membereskan rumah dan seisinya, mengambilkan ini dan itu, tapi aku melakukannya dengan senang hati agar semuanya terasa ringan dan cepat selesai tanpa ada perasaan kesal dan marah yang dapat menghambat kegiatanku itu.
Masak adalah salah satu kegiatan rutinku di rumah, okelah ini tidak terlalu sulit dan akan sangat bermanfaat kelak jika sudah menjadi seorang istri. Sebagai chef jadi-jadian, hasil pasakanku memang tidak se-sempurna chef Marinka, ah jauuuhh sekali jika dibandingkan. Kebiasaan burukku adalah selalu memasukkan semua bumbu yang ada di dapur dengan niat semoga mendapatkan rasa yang khas, tetapi oooohhhh memang khas yaitu khas tidak enak. Haha.
Gosong adalah hal yang sudah beberapa kali kucoba dan rasanya tetap pahit. Lalu, menambahkan gula kedalam sayur telah menjadikan sayurku khas terasa manis, tapi mungkin faktor lainnya adalah akibat lunturnya dari wajahku, aih. Selain itu, terlalu asin juga sudah kualami dan terlalu sering, tapi aku memang sengaja melakukan hal tersebut biar orang yang mencicipi masakanku mengira bahwa aku ingin segera menikah, jadikah gak perlu repot-repot curhat kalau untuk yang satu ini.