source pic : www.okefood.com
Berawal
dari membuatkan teh panas untuk bapakku. Beliau sering menyuruhku dengan
sebutan khas “Teh, pangadamelkeun cai
cing lekoh” (Teh (panggilan kakak untuk perempuan), buatkan air teh pekat),
maksudnya pekat disini adalah air teh panas dengan komposisi tehnya sangat
banyak hingga rasanya sangat pahit dan warnanya terlihat merah gelap, sehingga
pantasnya disebut teh pahit. Karena keseringan membuatkan teh pahit untuk
bapak, aku bukan hanya menikmati cara membuat teh pahit, tetapi mencoba menikmati
ketika mengkonsumsinya juga. Daaaann, aduuh nikmat sekali. Sungguh, aku
merasakan sensasi luar biasa ketika mecoba teh pahit itu, tidak kalah nikmatnya
dengan seduhan kopi pekat, mungkin karena keduanya sama-sama mengandung zat
yang menyebabkan stimulansia.
Dirumahku,
tepatnya rumah milik orangtuaku, suasananya sangat dingin karena berada di
daerah pegunungan dan perkebunan teh. Mungkin, karena suasana demikianlah yang
membuatku sering menikmati air teh panas nan pahit itu. Tetapi ada satu hal
yang membuatku merenung, setelah sekian lama ku nikmati air teh pahit itu,
ternyata aku baru sadar bahwa kehidupan ini adalah keseimbangan. Ada hidup dan
mati, siang dan malam, bahkan katanya pulau Indonesia yang lebih dari 50%
adalah lautan dan sisanya daratan itu tetapi menjadi seimbang karena dibawah
lautan adalah tanah. Nah, begitupun dengan kesukaanku terhadap teh pahit itu,
tentu saja akan menjadi seimbang dengan manisnya aku :))) haha #eeiiiii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar