Source pic : http://anugerah-ilahi.deviantart.com
“Makasih ya,
Nes. Maaf jadi ngerepotin. Hehehe”
“Iyaa, Di. Sama-sama, aku seneng bisa bantu kamu.
Tapi, aku gak janji kapan bisa ngomong ke Mila nya. Nanti aku kabari lagi deh”
“Iyaa, aku tunggu ya. Hehehe. Eh, tapi kamu gak
cemburu kan?”
“Yeee, enggaklah. Biasa aja, hehe”
“Hehehe, becanda.. Yaudah, udahan dulu yaa. Met
malem, Ines. Assalamu’alaikuum”
“Iyaa, malem juga. Waalaikumussalam”
Tut.. tut.. tuuuttt... Telepon ditutup oleh Eldi.
Sejenak, aku terdiam dengan handphone
yang masih berada di telingaku. Ingin rasanya aku berteriak kencang. Tapi,
nyatanya aku hanya bisa terdiam, pura-pura tersenyum.
Eldi adalah cowok incaranku sejak di bangku SMP,
kita pernah sekelas waktu kelas 1. Dulu, dia orangnya cuek banget sama aku,
bahkan dia pernah bilang kalau dia sempat gak suka sama aku karena sikapku yang
centil. Tapi sekarang, kita sering komunikasi, baik lewat telepon, sms, ataupun
bertemu langsung. Dan, karena seringnya kita berkomunikasi, mungkin inilah yang
orang-orang bilang tentang Cinta Lama Bersemi Kembali, aku kembali menyimpan
perasaan kepadanya. Sering, aku merasa dia memiliki perasaan yang sama, tapi
dugaan itu sirna ketika dia sudah membicarakan mantan pacarnya, Mila. Mereka
pacaran sudah sejak kelas 2 SMP, ya, sejak aku sangat mengaguminya. Wajar bila
dulu aku merasa kecewa, karena bisa dibilang akulah yang pertama mencintainya. Tapi
ironis, Eldi memilih wanita yang memang lebih cantik dariku. Patah hati dan
galau. Semakin mereka mesra, maka semakin dalam rasa benciku terhadap mereka.
Sudah 2 minggu ini, Eldi sering cerita tentang
mantannya. Dia sering memimpikannya dan katanya rindu. Tapi, Mila mantannya
itu, kini sudah menikah hampir 3 bulan. Eldi meminta tolong kepadaku untuk
menyampaikan rasa penyesalannya dan permintaan maaf kepada Mila karena dulu
pernah mengabaikannya ketika mereka sempat putus. Karena alasan sudah menikah
itulah Eldi meminta bantuan kepadaku, tidak mungkin dia berbicara langsung
kepada Mila yang kini sudah bersuami, takut ada kesalahfahaman dan menjadi
masalah besar. Menurutku, tindakan Eldi cukup bijak, dan memang harus segera
diselesaikan agar tidak menjadi prasangka yang berlebihan.
Aku, yang sama sekali tidak dekat dengan Mila, meng’iya’kan
untuk membantu Eldi. Aku berfikir akan merasa senang jika bisa membantunya
bagaimanapun caranya. Selain itu, alasan aku ingin membatunya adalah agar
teka-teki mimpinya Eldi segera terjawab dan agar tidak ada lagi kata Mila dalam
pembicaraan aku dengannya. Rasanya sakit sekali mendengar kata Mila dari
bibirnya, lebih sakit dari melihat mereka bermesraan ketika dulu sejak SMP itu.
Perasaan kagum yang semakin membara seiring dengan
seringnya aku dan Eldi berkomunikasi, selama itu pula curhatan Eldi tentang
Mila semakin membludak. Inilah kisahku, kekaguman yang tak pernah terbalaskan
nyata. Bayangan menjadi kekasihnya semakin hari semakin akan sirna. Kini, aku
hanya sebagai kekasih yang tak pernah dianggap. Entah sampai kapan, perasaanku
ini akan bertahan. Entah akan luntur seiring derasnya air mata hati yang
terluka oleh sikap Eldi, namun tanpa dia sadari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar