“Kade, makan ulah telat.” (Awas, makan jangan telat)
Itulah pesan singkat ayahku malam ini. Ya, ini
adalah pesan sederhana yang sudah lama tidak aku terima di daftar ponselku,
terlebih dari seorang teman dekat yang notabene
selalu menjadi candu atas keberadaannya walau sekedar berkirim pesan
singkat.
Sekarang, malam ini, aku merasa terharu
walaupun pesan itu sering ayah katakan ketika aku pulang ke rumah ataupun
ketika sedang di kost. Tapi, aku merasakan hal yang berbeda sekarang, perhatian
seperti itu begitu menunjukan bahwa ayah sangat mengkhawatirkan akan
kesehatanku, tetapi aku begitu jarang mengatakan hal serupa padanya dengan
alasan ‘gengsi’.
Maka, kuberanikan diri untuk membalasnya.
“Iya, Pak. Siap! Bapa oge jagi kesehatan.” (Iya, Pak. Siap! Bapak juga jaga
kesehatan)
Well, apa balasan ayahku?
“Ok.”
Hehe, begitu sederhana namun romantic bagiku sebagai seorang gadis
berusia 21 tahun yang tidak punya pacar. Setelah aku telah mengabaikan cinta
ayahku yang begitu besar dan selalu ditunjukan dengan hal-hal kecil sedari dulu
yang hanya mengharapkan perhatian-perhatian tersebut dari seorang teman dekat
saja. Shit! Dulu aku masih labil.
Sekarang, aku tahu mengapa ayah begitu
melarangku untuk pacaran.
“Semoga Ayah senantiasa diberi kesehatan dan
ketenangan. Aamiin.” – Gadis Kecilmu
Bandung, 5
Mei 2015
(Bersama cahaya bulan yang romantis)
mantap teh jagi kesehatan selalu salam buat keluarga haha
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapushatur nuhun, salam oge ka kulawargi Adan wkwk
BalasHapus